Bali Segera Bangun LRT, Jokowi Warning Agar Hati-hati

oleh
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Jokowi Widodo meresmikan rehabilitasi Pasar Jongke di Kota Surakarta - foto: IG jokowi

KORANJURI.COM – Ground breaking pembangunan proyek Bali Subway tinggal menghitung hari. Kick off proyek Bali Subway tahap pertama akan dilaksanakan pada 1 September 2024.

Pembangunan koridor transportasi massal berbasis kereta atau subway light rail transit (subway/LRT) di Bali menjadi sorotan presiden Joko Widodo. Jokowi mewanti-wanti agar berhati-hati.

“Presiden telah memberikan warning kepada kita bahwa membangun LRT ini perlu kehati-hatian, membutuhkan investasi yang tinggi, membutuhkan dukungan finansial dari APBD,” kata Sekda Provinsi Bali I Dewa Made Indra di Denpasar, Senin, 9 Agustus 2024.

Dewa Indra mengatakan, fiskal APBD Bali terbatas untuk mendanai mega proyek dengan total nilai investasi mencapai USD20 miliar itu. Pembiayaan menggunakan model tanpa APBD dan APBN namun investasi swasta.

“Jadi sudah didesain sedemikian rupa. Tentu saja peringatan presiden tetap penting. Karena dia kepala pemerintahan yang punya pengalaman panjang,” kata Dewa Indra.

Proyek Bali Subway dilaksanakan dalam 4 tahap pengerjaan. Tahap I, Airport – Kuta – Sentral Parkir – Seminyak – Berawa – Cemagi.
Tahap II, Airport – Jimbaran – Unud – Nusa Dua. Tahap III, Kuta – Sentral – Parkir – Sesetan – Renon – Sanur. Tahap IV, Renon – Sukawati – Ubud.

Untuk pembangunan fase Airport – Kuta dan Airport – Jimbaran – Unud – Nusa Dua, ditargetkan rampung awal tahun 2028. Sedangkan keseluruhan fase I dan II selesai pada tahun 2031.

Total nilai investasi dari 2 fase pertama senilai USD10,8 miliar. Sedangkan, biaya untuk total 4 fase pengerjaan mencapai USD20 miliar. Dalam hal ini, Jokowi menyebutkan saat dirinya menjabat sebagai gubernur Jakarta. Saat itu, biaya pembangunan MRT Rp1,1 triliun per kilometer.

Namun sekarang biaya itu meningkat menjadi Rp2,3 triliun per kilometer. Sedangkan, pembangunan LRT seperti yang ada di Bali memerlukan biaya Rp799 miliar per kilometer dan kereta cepat Rp780 miliar per kilometer.

“Karena kita tahu pembangunan MRT ini membutuhkan investasi yang sangat besar. Sehingga warning itu sangat penting bagi kita,” kata Dewa Indra.

“Karena ini dibangun oleh swasta, mereka mengeluarkan banyak uang, tentu mereka harus diberi kesempatan untuk mengoperasikan,” tambahnya. (Way)

KORANJURI.com di Google News