Baby Padi Siap Manjakan Wisatawan di Heritage UNESCO Tabanan

oleh
Fase vegetatif di destinasi wisata sawah Jatiluwih yang ditandai dengan penyemaian bibit padi - foto: Ist.

KORANJURI.COM – Hamparan sawah di destinasi wisata Jatiluwih saat ini masuk fase vegetatif penyemaian bibit padi. Ada sensasi tersendiri yang bisa dirasakan, jika dalam masa awal tanam itu berkunjung ke areal warisan dunia UNESCO.

Proses penyemaian bibit padi secara tradisional jadi atraksi berbeda yang menggambarkan dedikasi dan kearifan lokal turun-temurun oleh para petani Bali.

“Proses ini adalah awal dari perjalanan panjang padi di Jatiluwih, yang dalam beberapa bulan ke depan akan tumbuh,” kata Manajer Operasional DTW Jatiluwih I Ketut Purna, Senin, 22 Juli 2024.

Proses penyemaian bibit padi di Jatiluwih dimulai dengan persiapan lahan semai yang dipilih di tempat yang datar, mudah diairi, dan terpapar sinar matahari.

Tanah dicangkul dan dihaluskan untuk membuat bedengan ideal bagi pertumbuhan bibit padi. Kemudian, diberi pupuk organik.

Untuk menentukan jarak tanam yang tepat, proses ini dilakukan secara manual dengan tangan.

Selanjutnya, benih padi varietas lokal yang telah disesuaikan dengan kondisi di Desa Jatiluwih ditabur merata di atas bedengan dan diairi untuk menjaga kelembaban tanah.

Perawatan dilakukan dengan penyiangan gulma secara manual, pengairan rutin, dan pemupukan susulan secara berkala dengan pupuk hayati.

Pada hari 1-3, benih padi mulai berkecambah dengan tunas hijau muda yang muncul dari dalam benih. Akar mulai tumbuh dan menembus tanah.

Pada hari 4-6, daun-daun kecil mulai bermunculan yang memainkan peran penting dalam fotosintesis. Pada hari ke-7, bibit padi memiliki 3-4 daun dengan tinggi sekitar 10-15 cm. Masuk fase ini, baby padi siap dipindah tanam ke sawah. (Way/*)

KORANJURI.com di Google News