KORANJURI.COM – Aries Susanti Rahayu, Atlet panjat tebing nasional baru saja menyabet gelar juara dunia dalam kejuaraan International Federation of Sport Climbing (IFSC) 5-6 Mei 2018 di Chongqing, China.
Kini perempuan asal Grobogan ini tengah mempersiapkan terjun di Asian Games Agustus mendatang.
Ia merasa saat dalam titik prestasi terbaiknya. Namun torehan itu tak membuatnya jumawa. Menurut Aries, langkahnya untuk berprestasi atas nama bangsa masih cukup panjang.
“Apa yang saya dapat saat ini tidak menjadikan saya jumawa. Saya selalu ingat nasihat orang tua agar rendah hati dan menjadi pribadi yang terus membumi,” katanya.
Anak dari pasangan Sanjaya dan Maryati ini mengaku menggeluti olahraga panjat tebing bukanlah mudah. Selain teknik menaklukkan papan panjat setinggi 18 meter, dibutuhkan kemampuan dan kecepatan tenaga yang semuanya harus dilatih dan diperhitungkan dengan matang.
Karena itu perempuan ini dijuluki spiderwoman asal Grobogan.
Ketika di kejuaraan dunia kemarin, di laga final dia mengalahkan peringkat ketiga dunia dari Rusia, Elena Timofeeva. Aries berhasil jadi yang tercepat dengan catatan waktu 7,51 detik. Sementara sang lawan hanya 9,01 detik.
Setelah pertandingan itu, video Aries saat memanjat papan mendapat perhatian dari warga Indonesia. Beberapa orang bahkan menjuluki Aries sebagai ‘Spiderwoman’, yang merujuk pada tokoh fiksi Spiderman yang punya kekuatan super untuk memanjat dengan cepat.
Sontak nama Aries jadi perbincangan hangat di media sosial. Lantas, bagaimana Aries memulai kariernya di cabang olahraga panjat tebing?
Perempuan kelahiran Grobogan, Jawa Tengah pada 21 Maret 1995 itu sejak dini sudah berkecimpung di dunia olahraga. Ketika duduk di bangku sekolah menengah, Aries adalah atlet atletik di SMP Negeri 1 Grobogan.
Sampai suatu ketika, Aries menonton kejuaraan olahraga panjat tebing di layar televisi.
Menurut Aries, tak butuh waktu lama baginya untuk menyukai olahraga yang dianggap menantang itu. Bak gayung bersambut, guru olahraga Aries di SMP juga mengenalkan dirinya untuk dengan panjat tebing.
Lewat sang guru, Aries mengenal istilah-istilah dan merasakan sensasi olahraga panjat tebing untuk kali pertama. Hal itu terjadi pada 2007, ketika usia Aries masih 12 tahun. Sejak hari itu, Aries bertekad untuk menekuni olahraga panjat tebing.
Komitmen dan ketekunan Aries berbuah kepercayaan dari sang pelatih untuk mengikuti sebuah kejuaraan tingkat nasional pada 2008. Kala itu Aries berhasil naik ke podium dengan meraih perak.
Kecepatan, kemampuan, serta teknik Aries dalam memanjat dianggap cukup baik, sehingga Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) tertarik untuk memboyong Aries ke pemusatan latihan nasional di Yogyakarta.
Latihan demi latihan terus Aries jalani, sambil menyelesaikan pendidikan formalnya. Lulus dari SMP Negeri 1 Grobogan, Aries melanjutkan pendidikan ke SMA Kristen Purwodadi dan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Debut pertama Aries di level internasional terjadi pada tahun lalu, tepatnya pada 17-21 September 2017 dalam kejuaraan Asian Continental Championship di Teheran, Iran.
Kala itu, Aries turun pada nomor women speed dan naik ke podium dengan meraih perunggu. Sebagai seorang debutan, hasil itu dirasa cukup.
Untuk itulah dia dipercaya turun pada kejuaraan-kejuaraan berikutnya seperti IFSC Climbing Worldcup 2017 di Wujian dan di Xiamen, China.
Pada kejuaraan itu Aries berhasil menjaga performa serta kualitasnya dengan meraih peingkat keempat di Wujian dan peringkat kedua ketika di Xiamen.
Hasil itu tentu tak lepas dari usaha dan kerja keras Aries sebagai seorang atlet. Menurut Aries, selain latihan dengan keras, atlet panjat tebing juga harus berlatih dengan benar.
Perempuan berzodiak Aries ini juga menambahkan, bahwa dia tidak pernah merasa cepat puas karena hal itu hanya akan menghambat potensi dirinya untuk meraih hasil yang lebih baik. (*)