API: Kebutuhan Welder Sangat Tinggi

oleh
Edi Diarman Djasman (tengah) dan Abdul Wahab Bangkona (kiri) - foto: Ari Wulandari/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Indonesia minim sumber daya manusia (SDM) pengelasan (welder) yang bersertifikasi. Untuk bisa mengisi peluang sekaligus berkompetisi di era global, API (Asosiasi Pengelasan Indonesia) membutuhkan dukungan pemerintah untuk memfasilitasi ketersediaan welder di Indonesia.

“Selain fasilitas dan informasi yang minim, dukungan pemerintah terhadap API dalam upaya menyediakan SDM welder juga belum ada. Kami membutuhkan dukungan pemerintah karena kebutuhan welder saat ini sangat tinggi,” ungkap Edi Diarman Djasman (Chairman of Organizing Committee sekaligus Executive Director of Indonesia Welding Society (IWS) kepada pers di sela penyelenggaraan ‘71st IIW and International Conference 2018’ di Nusa Dua, Senin (16/7/2018).

Ditambahkan, kebutuhan terhadap welder bersertifikasi cukup tinggi mengingat industri pengelasan di Tanah Air diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif di tahun-tahun mendatang seiring pertumbuhan industri yang membutuhkan produk pengelasan dan profesional pengelasan. Mulai dari minyak dan gas, mobil, maupun konstruksi.

“Untuk itu, API selaku organisasi yang menaungi seluruh pekerja, lembaga, industri atau perusahaan yang bergerak di bidang pengelasan, senantiasa melakukan upaya-upaya untuk memberikan yang terbaik serta meraih kesempatan dan menumbuhkan industri pengelasan di Tanah Air,” ujar Edi.

Sementara itu, Abdul Wahab Bangkona selaku Chairman of Governing Board IWS juga Staf Ahli Menteri Bidang Kerjasama Internasional Kemenaker RI mengatakan, dukungan pemerintah dalam upaya menggali potensi SDM welder sangat dibutuhkan.

“Memang tidak mudah karena banyak hal yang harus dilakukan, mulai dari adanya lembaga pelatihan, tenaga pengajar, praktisi hingga fasilitas dan bahan dasar untuk praktek pengelasan. Cukup mahal, jadi API selaku organisasi independen saat ini memang sangat membutuhkan dukungan pemerintah,” tuturnya.

President of IWS, Achdiat Atmawinata mengingatkan, penggunaan teknologi di bidang pengelasan adalah hal yang mutlak dilakukan. Para pemain industri pengelasan perlu melihat perkembangan teknologi sebagai peluang dan bukan hanya tantangan.

“Industri pengelasan dan tenaga pengelas terampil akan tetap diperlukan terutama untuk perbaikan pada bagian-bagian yang memerlukan sentuhan manusia. Selain itu, pembuatan desain yang baik juga masih akan membutuhkan tenaga manusia sebagai bagian utama dari industri ini. Bahkan, peran penting SDM welder dalam mengembangkan industri pengelasan akan tetap menjadi fokus API,” tegasnya.

Menurutnya, API merupakan wadah bagi seluruh tenaga kerja dan lembaga serta industri atau perusahaan yang berdedikasi di bidang pengelasan. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan industri pengelasan Indonesia.

Pihaknya mendorong generasi muda di Tanah Air berperan dalam industri pengelasan internasional. Hal itu bisa dilakukan melalui transfer teknologi dari negara lain, termasuk memikirkan inovasi-inovasi di masa yang akan datang supaya semakin maju.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Harjanto menegaskan, berbicara industri pengelasan tentunya efisiensi dari industri ini sangat diperlukan.

“Makanya pemerintah melihat dua hal yakni investasi dan SDM. Untuk investasi diupayakan bagaimana menciptakan ekosistem investasi yang baik sehingga industri ini makin meningkat.

“Program ini diharapkan bisa menyerap tenaga kerja,” terang Harjanto.

Penyelenggaraan ‘71st IIW and International Conference 2018’ berlangsung dari 15-20 Juli 2018 di Nusa Dua, Bali. Event itu diikuti lebih dari 40 delegasi dari seluruh dunia. (ari)

KORANJURI.com di Google News