865 Siswa Baru SMK PGRI 3 Ikuti Masa Pengenalan Sekolah

oleh
Pemukulan gong menandai pembukaan masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) di SMK PGRI 3 Denpasar - foto: Wahyu Siswadi/Koranjuri,com

KORANJURI.COM – Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) tahun ajaran 2016/2017 ini mulai diterapkan menggantikan kebijakan terkait Masa Orientasi Siswa (MOS) yang selama ini rentan digunakan untuk tindak kekerasan. Menyikapi hal itu, SMK PGRI 3 Denpasar memiliki komitmen tinggi untuk melaksanakan PLS tersebut.

Kepala SMK PGRI 3 Denpasar, I Nengah Madiadnyana mengatakan, penerapan PLS di sekolah kejuruan itu ditetapkan dengan pola senyum, sapa dan serius.

“Harapan kita akan terjadi perkembangan rasa persaudaraan dan keindahan dan mempertebal rasa kebudayaan. Dengan edukasi yang kita berikan juga dapat memperkaya diri dengan IPTEK dan ketrampilan,” jelas Madiadnyana saat pembukaan PLS, Senin, 11 Juli 2016.

Dengan pola pengenalan sekolah ini, Madiadnyana menekankan harus ada perubahan perilaku dari siswa. Termasuk kedisplinan dalam mengikuti proses belajar mengajar selama menjadi siswa di sekolah kejuruan terakreditasi A plus itu.

Proses belajar yang dilakukan mengacu pada akronim Paikem atau Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Edukatif dan Menyenangkan.

“Dari situlah SMK PGRI 3 Denpasar sampai saat ini masih dipercaya masyarakat,” ujar Madiadnyana.

Pada tahun pelajaran baru 2016/2017 ini, SMK PGRI 3 Denpasar menampung 865 orang siswa dari 2.299 orang pendaftar. Sedangkan kuota siswa yang ditargetkan sebanyak 780 orang. Melihat minat yang sedemikian besar, sekolah itu menambah dua rombongan belajar untuk memenuhi antusias masyarakat.

“Penambahan dua kelas tidak mengurangi efektifitas belajar mengajar. Ruang belajar cukup dan berorientasi kepada mutu akan tercapai kalau ada kerjasama antara orangtua dan guru,” jelas Madiadnyana.

Selama tiga hari, PLS akan berlangsung di sekolah itu. Sedangkan penutupan akan dilakukan di hotel. Pemilihan tempat di hotel berbintang empat, menurut Nengah Madiadnyana didasarkan pada kebutuhan siswa yang nantinya mengarah pada dunia usaha dan dunia industri, khususnya pariwisata.

“Ini bukan untuk gagah-gagahan. Tapi karena kita merupakan sekolah kejuruan pariwisata, maka dari itu siswa harus familier dengan lingkungan hotel. Tidak ada pungutan lagi untuk penutupan PLS di hotel, ujarnya demikian.
 
 
Way

KORANJURI.com di Google News