KORANJURI.COM – Penanganan gempa-tsunami di wilayah Palu, Sigi dan Donggala, dipercepat dengan menurunkan berbagai alat berat dan alutsista TNI AD. Tim Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) juga telah menangani dampak bencana kepada para pengungsi dan pembersihan puing-puing.
Data pengungsi di Palu hingga 20 Oktober 2018 sebanyak 96.801, Sigi 84.888, Donggala 12.572, Donggala Timur 28.120 dan Parimo 578 orang. Sedangkan kerusakan rumah mencapai 68.451 unit, Masjid 327 unit, sekolah 265 unit, Rumah Sakit 3 unit, 168 jalan dan 7 jembatan serta 362 toko.
“25 SPBU di empat Kota yang terdampak sudah beroperas, pasokan LPG lancar dan normal. Dapur umum tersebar di 19 lokasi, 11 di Palu, 3 di Sigi dan 5 di Donggala,” jelas
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal Muhammad Sabrar Fadhilah, Minggu, 21 Oktober 2018.
Persoalan yang dihadapi saat ini, hasil uji kualitas air di 17 titik, 50 persen tidak layak konsumsi atau tidak memenuhi syarat baku. Termasuk, terbatasnya mobil pengangkut sampah.
Warga juga banyak terserang diare karena menggunakan air sungai yang tidak bersih untuk MCK.
Sementara, data BNPB menyebutkan Masa tanggap darurat bencana masih diberlakukan hingga 26 Oktober 2018. 14.604 personil gabungan dari TNI, Polri, sipil dan relawan dikerahkan untuk penanganan darurat hingga saat ini.
“Meskipun evakuasi korban sudah dihentikan secara resmi sejak 12 Oktober 2018, namun hampir setiap hari korban ditemukan oleh petugas dan relawan,” jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Hingga Sabtu, 20 Oktober 2018, tercatat 2.113 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik. Korban meninggal dunia ditemukan di Kota Palu sebanyak 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang.
“1 orang warga Korea Selatan ditemukan meninggal dunia di reruntuhan Hotel Roa-Roa Kota Palu,” ujar Sutopo. (*)